Irama musik terdengar dari studio itu. Terlihat seorang gadis tengah menari disana, tangan dan kakinya bergerak dengan lincah, badannya pun bergerak dengan lenturnya, mengsiyaratkan bahwa ia telah terbiasa menari. Sesekali, matanya menangkap gambar dirinya yang terpantul disana, dan tanpa ragu juga ia mengganti beberapa gerakan yang dianggapnya kurang pas. Ia menghentikan tariannya dan berjalan ke sisi studio, ia meraih catatannya dan menulis beberapa konsep tarian yang baru saja ia siapkan.
“Luna…” gadis itu memutar kepalanya kea rah pintu, melihat siapa orang yang baru saja memanggilnya.
“Oh, ka Tyas, ku pikir siapa. Belum pulang ka?” tanyanya, lalu kembali menatap catatannya dan menimbang – nimbang konsep apa lagi yang akan ia buat.
“Iya, aku habis bertemu dengan Ricko, membicarakan ending music yang ia buat untuk Showcase kita nanti” jawab wanita itu sambil berjalan mendekati Luna “kau sendiri kenapa belum pulang?” lanjutnya lagi.
Luna mengangkat kepalanya dan melihat seniornya itu sudah berada di hadapannya “ahh, aku sedang mencari beberapa gerakan baru, aku merasa sangat antusias pada Showcase ini, Produser sungguh sangat menakjubkan membuat alur ceritanya, aku jadi terlalu bersemangat untuk memberikan yang terbaik” jawabnya sambil tersenyum.
“Ya, aku tau kau sangat mencintai dunia tari, dan bias ku pastikan, tarian yang akan ditampilkan pasti akan sangat istimewa, aku bias melihatnya dari matamu yang berbinar – binar”
“Ka Tyas, kau ini terlalu berlebihan kak, kau saja belum melihat gerakannya, jangan berlebihan begitu memujiku”
“Jadi, menurutmu aku berlebihan?”
“Sebenarnya tidahk, tapi kau berlebihan memujiku” lanjut Luna sambil tertawa “Baiklah, aku akan ganti baju dulu, apa kaka akan menungguku?” lanjutnya sambil mengambil tas dan baju gantinya.
“Ya tentu saja, pulang sendiri bukan pilihan yang tepat menurutku” jawab Tyas cepat.
Lima belas menit kemudian, kedua gadis itu tengah berjalan menuju halte bus. Aluna Andita nama lengkap gadis yang disapa Luna itu, ia seorang guru lulusan University of Birmingham dengan jurusan Communication Science, namun kecintaannya pada dunia tari, membuatnya memilih bekerja sebagai seorang guru tari di Universitas Seni di Jakarta. Tyas adalah seniornya dulu sewaktu SMA dan dunia memang sempit, mereka kembali bertemu dua tahun yang lalu di Universitas ini. Di usianya yang baru menginjak dua puluh empat tahun, Luna sudah dikenal sebagai Koreografer berbakat, kecintaannya pada tarian membuatnya menghasilkan konsep – konsep tarian yang bukan saja sangat baik, tetapi juga menyentuh hati, semua orang dapat merasakan ketulusan saat menyaksikannya menari.
“Baiklah, sepertinya kau akan meninggalkan aku sendiri disini” kata Tyas.
Kening Luna berkerut, lalu ia menoleh ke sebelah kiri dan mengerti apa yang dimaksud seniornya ini, ia tertawa kecil dan akhirnyan menjawab “ya, sepertinya begitu, tapi ini bukan keinginanku loh kak, sungguh” jawabnya sambil bercanda.
Tyas tertawa “yaa aku tau, cepatlah naik sebelum bis itu meninggalkanmu dan tidak ada lagi bis yang akan mengantarkanmu pulang”
“Aku duluan ya ka, sampai bertemu besok” jawab Luna lalu naik ke dalam bis.
J J J
Pagi ini Luna sangat bersemangat untuk mengajar, H-21 menuju Showcase yang membuat semua orang begitu sibuk di Universitas ini, namun juga yang sangat di nantikan oleh seluruh orang di Universitas ini.
“Miss Luna…” panggil seorang pria yang membuat Luna menghentikan langkahnya, ia berbalik dan segera menyapa dengan sopan
“Produser, selamat pagi” sapa Luna “Aku sungguh bersemangat sehingga berjalan tanpa melihat ke kanan dan ke kiri, ternyata ada produser” lanjutnya
“Ah tidak apa – apa, aku dapat melihatnya kau sangat bersemangat”
“Tapi… apa produser mencariku?”
“Ah ya, jadi sebenarnya begini… aku harus pergi ke luar negri, karena ada beberapa pekerjaan yang harus ku selesaikan”
“Jadi, produser akan kembali ke New York? Begitukah maksudnya?”
“Hahaha kau ini memang cepat sekali menangkap maksudku, kemungkinan aku dua bulan disana”
“Ah dua bulan. Hmm, lama juga yaa…” jawab Luna “Apa dua bulan?” tanyanya seakan – akan baru menyadari sesuatu “Lalu, bagaimana dengan Showcase kita? Bukankah waktunya tinggal tiga minggu lagi?”
“Ya, itu yang ingin aku bicarakan Miss, aku sungguh tidak bias meninggalkan pekerjaanku di New York, tetapi Miss tenang saja, selama aku tidak ada, ada juniorku yang akan menggantikan posisi ku. Ia mengambil beberapa bagian juga dalam konsep Showcase ini, hanya saja, dia tidak ingin melibatkan dirinya secara langsung”
“Lalu, bagaimana?”
“Miss Luna tenang saja, aku sudah mebujuknya, dan akhirnya dia mau untuk membantu kita dalam Showcase ini. Jadi, walaupun aku tidak ada, Showcase ini akan tetap berjalan, dan dia juga yang akan menggantikanku untuk mengajar di Tim Drama”
“Ah begitu, Produser sungguh membuatku terkejut. Lalu, dimana aku bisa menemuinya?”
“Sekarang ia masih ada di Bandung, tetapi besok dia sudah mulai melatih disini. Dia seorang pria yang sangat berbakat, dan aku menyerahkan Showcase ini sepenuhnya pada kalian berdua”
“Apa? Produser serius mempercayakan Showcase ini padaku?”
“Ya tentu saja, melihat kinerja Miss Luna, tidak ada satu hal pun yang membuatku ragu”
“Ah itu, Produser terlalu berlebihan. Tetapi, aku tidak mengenal orang itu, bagaimana aku bisa bekerja sama dengannya?”
“Ahh soal itu, Miss Luna tenang saja, dia laki – laki yang baik dan ramah, jadi tidak akan sulit buat kalian berdua untuk beradaptasi. Ah baiklah, sepertinya aku sudah mengatakan semuanya, apa ada yang ingin Miss tanyakan?”
“Ah tidak, aku mengerti”
“Baiklah, aku harus pergi dan menyelesaikan pekerjaanku di Jakarta sekarang, karena besok aku harus terbang ke New York”
“Baiklah produser, aku senang bisa bekerja sama dengan produser, nanti sekembalinya produser dari New York, kau masih akan mengajakku ambil bagian dalam proyekmu kan?”
“Yaa tentu saja! Itu pasti Miss Luna, aku juga senang bekerja sama dengan Miss Luna. Baiklah, aku pergi sekarang” jawabnya dan mengulurkan tangan.
Luna menjabat tangan produsernya dan tersenyum “Sempai berjumpa lagi Produser” lanjutnya.
J J J
“Lun, Lun, Lunaaa….” Tyas menyikut Luna yang sedang asyik membaca catatannya “Lun, kau mendengarku tidak?”
“Iya ka, ada apa?” jawab Luna cuek
“Itu, lihat ituuuu…..” lanjut Tyas tidak sabar, lalu ia melihat Luna yang masih asik membaca catatannya, tangannya terulur dan dengan sigap menutup catatan Luna dan mengambilnya.
“Loh loh loh kak? Ada apa sih kak?” Tanya Luna bingung. Ia bisa mendengar dari tadi seniornya memanggilnya dengan sangat antusias, namun ia terlalu asik dengan catatannya sendiri, sehingga ia tidak terlalu memusingkan seniornya itu.
“Dari tadi aku memanggilmu, tetapi kau cuek – cuek saja, tidak bisa kah kau mendengar aku hampir berteriak kegirangan?”
“Ia, maaf ya kak, aku juga sedang serius tadi. Memangnya ada apa?”
“Itu…” jawab Tyas sambil menunjuk ke arah pintu masuk ruang guru “Siapa malaikat tampan itu?”
Luna memalingkan pandangannya melihat ke arah pintu. Matanya menangkap sesosok laki – laki tinggi, mengenakan casual jas biru muda yang tidak di kancing, sehingga orang lain dapat melihat T-shirt V-neck yang dikenakannya, dan celana jeans hitam yang dikenakannya, membuat kesan maskulin dan santai. Rambutnya pendek dan rapih, rahangnya terlihat keras, dan ia memiliki wajah yang tampan. Sesaat, Luna tidak dapat memalingkan pandangannya, terpesona melihat laki – laki itu. Namun, panggilan Tyas disampingnya, seakan menyadarkannya.
“Hmm, aku juga tidak tau dia siapa kak” jawab Luna.
Perlahan, laki – laki itu memasuki ruangan tersebut, lalu berjalan menuju meja Luna yang berada di pojok kanan ruangan.
“Apa benar anda Miss Aluna Andita?” tanyanya ramah
Luna sangat yakin, saat ini seniornya pasti sedang melihatnya dengan raut wajah penuh tanda tanya, sekaligus senang karena dapat melihat laki – laki tampan ini dalam jarak dekat.
“Iya benar, anda siapa ?” tanya Luna bingung
“Ah akhirnya kita bertemu, perkenalkan” jawabnya seraya mengulurkan tangan, Luna menjabat tangan laki – laki itu “aku Kevin, junior dari Profesor Angga”
Mata Luna membesar dan senyum menghiasi wajahnya, tanda ia mengerti “Ah ya, Profesor sudah mengatakannya padaku, selamat datang”